Jakarta - Paham radikalisme
dan terorisme yang saat ini tengah mewabah menimbulkan kekhawatiran tersendiri
di masyarakat. Banyaknya kaum intelektual yang terjerat membuat dunia
pendidikan Indonesia berbenah diri dengan menciptakan cara untuk
mengantisipasinya
"Kita kemarin membuat
peraturan menteri nomor 23/2015 yang di dalamnya adalah mengharuskan sekolah
untuk berinteraksi aktif dengan orang tua. Bukan ketua komite sekolah, tapi
wali kelas dengan orang tua tujuannya untuk bisa mengetahui dini bila ada
gejala-gejala penyimpangan," ujar Mendikbud Anies Baswedan kepada wartawan
usai pelantikan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia di gedung Kemdikbud,
Senayan, Jakarta, Minggu (17/1/2016).
Penyimpangan yang
dimaksudkan Anies ada 4. Yakni kekerasan, narkoba, pornografi dan ideologi atau
pandangan ekstrim.
"Biasanya
gejala-gejalanya itu ada hanya orang tua ataupun sekolah menganggap itu sebagai
persoalan kecil. Itu sudah dibuat mulai Mei kemarin, jadi kita berharap dari
situ bisa mendeteksi bila ada pikiran-pikiran yang menyimpang," jelasnya.
"Tapi harus
diperhatikan pikiran menyimpang, itu berbeda dengan melakukan terorisme, jadi
kalau anda punya ideologi berbeda, sekolah bisa mendeteksi pada fase itu. Tapi
kalau sampai pada kekerasan dan lain-lain, itu jadi persoalan keamanan bukan
pendidikan," jelas Anies menambahkan.
Anies mengatakan memang tak
ada kurikulum yang mengatur tentang 4 hal ini. "Tapi kita memang mengatur
ideologi, ideologinya Pancasila," sambungnya.
Anies juga menjelaskan bahwa
tak semua penyimpangan diartikan sebagai penyimpangan ideologi. Untuk
memberantas hal tersebut, Anies mengatakan, harus dimulai dari hulunya.
"Jangan sampai satu
perilaku disimpulkan. Anak pendiem itu ada jutaan, bisa nggak kita simpulkan
anak pendiem melakukan kekerasan? Enggak. Jadi faktornya bukan di situ. Justru
yang harus kita lihat lebih jauh adalah hulunya. Karena kalau kita jagain 57
juta anak indonesia, hulunya itu dihabiskan yang melakukan kekerasan, dengan
begitu 57 juta anak bisa aman," kata dia.
Menurutnya dunia pendidikan
tak hanya fokus pada persoalan teror saja, namun banyak hal. Solusi tepat
memang dengan melakukan deteksi dini dan membuat panduan untuk pihak sekolah
dan orang tua adalah hal tepat untuk disampaikan kepada anak-anak.
"Jadi, saat semua orang
membicarakan terorisnya, kita membicarakan orang-orang yang memerangi terornya
dengan anak-anak. Kita membicarakan polisi yang beraninya atas nama bangsa memilih
berlaga dan berisiko nyawa," tutup Anies.
(rni/Hbb) Rini Friastuti
SUMBER: detikNews
Posting Komentar